top of page

Lolies, apabila kita menelisik sejarah lebih dalam, ternyata beberapa dekade lalu perempuan bahkan tidak bisa memilih dalam pemilu, lho. Banyak sekali belenggu sosial, ekonomi dan hukum yang memenjara perempuan dari ruang bebas. Opresi struktural yang menyulut amarah namun memadamkan suara perempuan secara bersamaan. Sampai detik ini, butir-butir dari opresi struktural tersebut belum sepenuhnya luluh–perempuan masih menerima stigma, sanksi sosial dan ekspektasi yang lahir dari standar ganda.


Seni, Lolies, adalah salah satu medium katarsis bagi perempuan yang diinjak, dibelenggu dan dirampas haknya. Di sini, kita akan melihat peran seni sebagai katalis perjuangan perempuan dalam mencapai kesetaraan gender.


Asal mula seni bertema feminisme di Barat dimulai pada akhir tahun 1960-an, saat feminisme “gelombang kedua” dimulai. Perempuan yang menciptakan seni dengan tema ini kemudian diidentifikasi sebagai proto-feminist. Contoh, pelukis seperti Eva Hesse dan Louise Bourgeois menciptakan seni yang membawakan cerita tentang domestikasi perempuan, kesulitan dalam menjadi perempuan, pengalaman-pengalaman pribadi sebagai perempuan walaupun mereka tidak mengidentifikasikan karya tersebut dengan nilai feminisme. Subjek-subjek ini kemudian menjadi referensi gerakan “Feminist Art” yang mulai menghasilkan karya di akhir tahun 1960-an.


Nah, penasaran kan Lolies?


  1. The Feminist Art Of Cindy Sherman: 69 Untitled Film Stills



Karya oleh Cindy Sherman ini merupakan foto-foto di mana Cindy memperagakan seorang karakter. Namun pengambilan fotonya diambil dengan mengedepankan citra perempuan yang diseksualisasi. Cindy ingin menunjukkan stereotip male gaze yang ada di Hollywood, yaitu tendensi untuk melihat perempuan di media populer sebagai subjek yang diseksualisasi, di mana hal tersebut mengandung unsur objektifikasi.


Dalam seni ini, Cindy menggunakan properti seperti rambut palsu, dsb yang memiliki pesan bahwa konstruksi perempuan yang ditampilkan di layar Hollywood adalah palsu dan tidak mencerminkan perempuan sepenuhnya.


2. Judy Chicago’s Seminal Feminist Artwork: The Dinner Party


Instalasi Judy Chicago The Dinner Party adalah salah satu karya seni feminis yang paling terkenal. Instalasi seni ini terdiri dari meja yang diisi dengan keramik, tekstil, dan porselen yang memperingati wanita terkenal sepanjang sejarah. Ditetapkan sebagai segitiga, meja memiliki 39 piring yang masing-masing mewakili wanita tertentu. Beberapa wanita yang "duduk di meja" adalah Georgia O'Keeffe, Virginia Woolf, Emily Dickinson, Elizabeth I, Theodora, dan Sappho. Pelat juga dibentuk menyerupai alat kelamin wanita. Sebanyak 999 nama wanita lainnya ditulis dengan emas di lantai marmer di bawah meja. (dilansir dari The Collector)


Instalasi ini dikerjakan selama 4 tahun lamanya, dan merupakan salah satu karya fenomenal yang merayakan perempuan.


3. Frida Kahlo: Self Portraits


Frida Kahlo dikenal dengan karyanya ditajuk sebagai bentuk “self portraits”. Frida Khalo dianggap sebagai revolusioner sebab penggambaran perempuan yang ia lakukan tidak “sesuai” dengan standard konvensional yang biasanya diberikan kepada perempuan. Di sini, Frida Kahlo menunjukkan sisi “maskulin” dari perempuan, bisa dilihat dengan alis tidak rapih, rambut berantakan, dsb. Selain itu, Frida Kahlo juga mengangkat permasalahan seperti aborsi, keguguran, menyusui, dll.

4. Guerilla Girls, Do Women Have To Be Naked To Get Into the Met. Museum?


Dibentuk di New York City pada tahun 1985, Guerilla Girls adalah kelompok feminis, seniman wanita anonim yang menggunakan topeng monyet untuk menyamar. Mereka akan membuat karya-karya eksentrik yang kemudian ditempel di dekat museum atau galeri. Contoh nya adalah salah satu karya “Do Women Have To Be Naked To Get Into the Met. Museum?” yang merupakan kritik terhadap karya-karya yang menggambarkan perempuan yang tidak berbusana saja.


Nah Lolies, bisa dilihat bahwa perjuangan terhadap kesetaraan gender juga dibantu dengan seni!


Remember, art can change the world!


Referensi:

https://www.thecollector.com/feminist-art/



Lolies pasti pernah kan merasakan nostalgia? Nostalgia akan masa kecil, nostalgia kenangan terindah bersama mantan, bahkan nostalgia terhadap momen-momen kecil seperti ketika Lolies masih duduk di bangku SMA. Ketika kita sedang mengalami nostalgia, banyak perasaan yang bisa muncul. Seringnya, kita merasa haru dan rindu akan pengalaman tersebut, namun tidak jarang kita merasa sedih ketika bernostalgia karena rasa rindu ini.

claude monet painting

Nah, Lolies, perasaan nostalgia ini sebenarnya tidak hanya merupakan kebetulan, lho! Ada penjelasan saintifik kenapa kita sebagai manusia melalui nostalgia. Di sini, Loli akan mengajak kalian untuk mengetahui apa, kenapa, dan bagaimana mengenai: Nostalgia!


Secara etimologi, nostalgia berasal dari bahasa yunani “νόστος (nóstos)” yang berarti “kepulangan” atau homecoming, dan bahasa Homerik “ἄλγος (álgos)” yang berarti “rasa sakit” atau ache. Nostalgia sering diartikan dengan kerinduan akan masa kecil, atau secara universal mendekati kerinduan akan masa lampau. Lollies, pengertian ini sebenarnya bukan arti yang sebelumnya muncul dari kata nostalgia. Nostalgia, pada tahun 1688 dicetuskan oleh Johannes Hofer (salah satu murid sekolah kedokteran di Swiss) sebagai salah satu penyakit fatal yang melemahkan. Pada periode ini, nostalgia mengacu pada rasa sakit psikologis yang terjadi ketika tentara dipaksa untuk meninggalkan keluarga dan lingkungan sosialnya. Seiring berjalannya waktu, kata “nostalgia” secara drastis berubah makna menjadi perasaan rindu akan masa lalu.


Menurut peneliti di The New York Times pada tahun 2013, rasa nostalgia yang kuat membantu individu dalam proses transisi di kehidupannya, memberikan rasa nyaman dan juga menguatkan jati diri. Bahkan, perasan nostalgik muncul pada anak-anak berumur 7 tahun yang merindukan perayaan ulang tahun dan liburan. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Clay Routledge, seorang psikolog yang melakukan penelitian terhadap perasaan nostalgia memberikan beberapa parameter perasaan nostalgia:

  1. Perasaan nostalgia merupakan komponen sosial, artinya perasaan ini sering kali meliputi anggota keluarga, teman, atau bahkan partner romantis.

  2. Makna personal, artinya memori tersebut bisa saja merupakan memori trivial bagi individu lain, tapi begitu bermakna bagi seseorang

  3. Memori berasal dari periode waktu yang sangat lama, sehingga jarang sekali individu merasa nostalgia terhadap memori yang baru saja terjadi sehari sebelumnya.

Berdasarkan tiga parameter di atas, bisa disimpulkan bahwa perasaan nostalgia terjadi ketika memori lampau merupakan memori yang sangat bermakna bagi kita. Suatu studi pada tahun 2016 menunjukkan pengaruh perasaan nostalgia terhadap otak. Ternyata, pada keadaan ini dua bagian otak mendapatkan stimuli: bagian otak yang terasosiasi dengan memori tersebut dan “reward system” di otak. Ketika dua bagian otak ini bekerja secara bersamaan, kita merasakan nostalgia, artinya apabila mereka bekerja sama lebih baik, kita pun akan merasakan lebih banyak nostalgia.


"Studi ini mendokumentasikan aktivitas neurologis di lobus frontal, daerah limbik dan paralimbik," kata Dr. Hafeez, peneliti yang bekerja dalam penelitian tersebut. Daerah-daerah itu berhubungan dengan ingatan kita dan bagaimana kita merasakan kesenangan. "Aliran darah meningkat dan neurotransmitter dilepaskan ke tubuh dan aktivitas meningkat di daerah ini menghasilkan respons yang umumnya positif." Inilah sebabnya mengapa nostalgia dapat membuat kita merasa sangat senang.


Lalu Lollies, apakah nostalgia adalah sesuatu yang positif? Tentu! Routledge menyatakan bahwa ternyata, walaupun nostalgia berdasar pada rasa rindu yang mendalam, ternyata nostalgia membantu kita menghadapi rasa stres, lho! “Nostalgia is the resource that people use to move forward,” Ujar Routledge.


Ketika menghadapi stress, going down to the memory lane and revisiting old memories is needed. Sebab, ketika kita mengunjungi memori-memori signifikan yang memicu rasa bahagia, kita diingatkan kembali bahwa, yah, kehidupan itu gak sejelek itu kan Lollies? Kita pernah berbahagia, bersenang-senang dengan teman dan keluarga walaupun sekarang diterjang badai dan hujan. Nostalgia berfungsi sebagai pengingat untuk memotivasi kita melewati tekanan ini.


Selain itu, nostalgia juga memicu perasaan pro-sosial karena mengingatkan kita akan pentingnya menjalin hubungan dengan manusia lain. Nostalgia pada akhirnya adalah perasaan yang membantu kita menjalin pertemanan dan hubungan, dan juga mempertahankan retensi hubungan lama ketika kita memasuki lingkungan baru.


Lolies, dari sini kita melihat bahwa nostalgia memiliki sejarah yang panjang, dan ternyata memiliki kompleksitas tersendiri. Jangan lupa untuk merajut memori dengan orang-orang terkasih, karena kalian akan membutuhkan memori ini ketika melihat ke belakang!



Referensi:





https://www.apa.org/news/podcasts/speaking-of-psychology/nostalgia#:~:text=Nostalgia%20by%20motivating%20us%20to,we%20feel%20we%20are%20today.&text=It's%20a%20social%20connectedness%20phenomenon,very%20healthy%20pro%2Dsocial%20emotion.


Kalian pernah ngerasain kayak yang gue rasain nggak sih? Biasanya tiap tahun baru gue selalu bikin resolusi, tapi nyatanya berakhir dengan angan-angan aja. Terus gimana sih cara agar resolusi bisa tercapai?


Setiap orang pasti menginginkan dirinya lebih baik seiring bertambahnya tahun. Untuk itu, kita perlu membuat daftar resolusi yang dapat menjadikan kita fokus untuk meraihnya.


Namun, tidak sedikit dari kita yang gagal untuk mewujudkan berbagai resolusi yang sudah dirancang Biasanya kegagalan itu dikarenakan oleh kurangnya konsistensi dalam mengerjakan sesuatu, merasa tidak bahagia dalam suatu aktivitas, ataupun karena mager. Oleh karena itu, kita dapat memulai langkah untuk tercapainya resolusi dengan melakukan evaluasi proses.


Emang apa sih evaluasi proses itu?

Evaluasi proses adalah evaluasi yang terdiri dari usaha-usaha terarah, terencana, sistematik untuk meneliti suatu proses yang telah dilakukan, baik terhadap fase perencanaan maupun terhadap fase pelaksanaan. Sehingga tak hanya menyusun resolusi dengan baik dan rapih, kalian juga harus mengevaluasi setiap proses untuk mewujudkan resolusi yang telah kalian lalui.


Bagaimana cara melakukan evaluasi proses?

  • Tentukan komponen yang akan dievaluasi. Agar dapat mengevaluasi resolusi secara keseluruhan, perlu dilakukan evaluasi terhadap setiap komponen. Karena itu, sebelum melaksanakan evaluasi, Kita perlu menentukan komponen-komponen dari resolusi yang perlu dievaluasi. Pilihlah komponen yang paling utama dan menjadi kunci penentu keberhasilan atau kegagalan resolusi tersebut.


  • Mengumpulkan data evaluasi. Setelah menentukan komponen, selanjutnya kumpulkan data yang dibutuhkan sesuai dengan metode dan kaidah ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.


  • Menganalisis data. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dan diolah. Untuk mempermudah proses analisis dan pengolahan data, sebaiknya dengan mengelompokkan data-data tersebut. Selanjutnya, bandingkan dengan dengan target, tujuan, atau indikator standar untuk memberi makna pada evaluasi.


Contoh Pelaksanaan

Misalnya resolusi gue ingin menurunkan berat badan sebanyak 8 kg dalam jangka waktu 2 bulan. Komponen penentunya adalah dengan menjalankan diet. Selanjutnya, kumpulkan data mengenai diet yang sehat dan baik. Gue harus mencatat dan mengevaluasi setiap minggu atau bulan agar dapat dianalisis dan mendapat evaluasi hasil dari proses diet tersebut.


Contoh lainnya adalah mengevaluasi proses saat sedang mencoba produk skincare baru, apakah produk tersebut efektif untuk wajah kita? Apakah sebaiknya tidak melanjutkan pemakaian karena bikin bruntusan? Pertanyaan-pertanyaa tersebut dapat terjawab jika kita mengevaluasi proses pemakaian produk skincare tersebut.


Summary

Melakukan evaluasi proses dapat menghasilkan kesimpulan hasil proses yang dicapai sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, sehingga kita dapat memutuskan untuk memperbaiki, memodifikasi, meningkatkan ataupun menghentikan resolusi yang akan kita jalani. Jika hasilnya baik dapat menjadi pedoman agar resolusi dapat tercapai seperti yang kita inginkan.


2
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Spotify
bottom of page