top of page

Di zaman sekarang ini gue sering banget mendengar kalimat-kalimat “Nah itu lah kelakuan anak millennial, kebanyakan terpapar sosial media” padahal si yang ngomong juga millennials :D. Hati-hati nih, kategori generasi ini seringkali terlihat normal dalam sebuah percakapan. Tapi sadar nggak sih kalo ternyata hal itu adalah diskriminasi terhadap usia?



Setiap orang pasti punya pengalaman dan punya cerita perjalanan hidupnya masing-masing seiring dengan berjalannya waktu. Tapi, nggak ada satupun orang yang bisa milih mau dilahirin kapan. Ada yang lahir duluan, ada yang lahir belakangan. Ada yang tua duluan, ada juga yang awet muda kayak gue :D


Masalah lahir duluan ini biasanya sering dipermasalahin. Contohnya, ketika lo memperdebatkan sebuah permasalahan dengan orang yang lebih tua, terus tiba-tiba orang yang lebih tua ini bilang “Udah lah, kamu tuh nggak tau apa-apa, bagaimanapun, saya yang lahir duluan, saya sudah merasakan asam garam kehidupan”


Atau mungkin sebaliknya, justru kita yang bilang “ah, ibu-ibu mah ga bakal ngerti, pikirannya kolot” padahal kita juga nggak bisa menilai pemikiran orang lain sebagai pemikiran kolot. HATI-HATI.

Itu namanya ageism.

Apa sih Ageism Itu?


Menurut WHO, Ageism adalah sebuah stereotype (bagaimana kita berpikir), prasangka (bagaimana kita merasa), dan diskriminasi (bagaimana kita bertindak) terhadap orang lain berdasarkan umurnya.


Manifestasi ageism ini biasanya ditemukan di lingkungan institusi atau pekerjaan dimana pendapat orang yang lebih muda seringkali dikesampingkan dan dianggap terlalu idealis. Bahkan ageism ini juga sering berasal dari keluarga sendiri.


Wah, kalo udah urusan keluarga agak ribet ya, tapi tetap saja kita masih bisa mengontrol dan menyikapi bagaimana kita harus bertindak.


Sebenarnya Apa sih Bahayanya Ageism?

Menurut beberapa ahli, Ageism memiliki impact negatif terhadap mental health seseorang dan semua orang bisa merasakan jenis diskriminasi ini. Menurut American Psychological Association, ageism sama seriusnya seperti diskriminasi yang disebabkan oleh ras dan disabilitas.


Masalah yang paling terasa di kita nih, anak-anak kelahiran 2000an adalah ageism dapat mempengaruhi bagaimana kita menilai diri kita sendiri. Kita jadi tidak percaya diri untuk berpendapat, dan tidak berani untuk berpikir idealis.


WHO juga bilang secara terang-terangan bahwa ageism punya banyak sekali pengaruh buruk. Bahkan bisa mengurangi angka harapan hidup dan produktivitas kerja yang tentunya itu memiliki dampak sosial yang besar.


Bagaimana Cara Kita Menyikapi Ageism?


Memang agak sulit ya menyadarkan orang lain terhadap ageism. Tapi, kalau kita paham apa itu ageism dan bagaimana efeknya, kita pasti bisa menyikapinya dan nggak terlalu masukin hati kalo kita kena ageism ini.


Dilansir dari Medical News Today, ada beberapa tindakan yang bisa kita lakukan untuk menyikapi ageism. Yaitu:

  • Aware terhadap Ageism Pahami bagaimana ageism dapat memengaruhi pikiran seseorang, perasaan dan juga hidupnya.

  • Mencari tahu tentang Ageism Cari tahu lagi dan pelajari tentang kasus-kasus ageism seperti mendengarkan cerita orang lain, baca buku, dan research.

  • Mengasah Skill Mengasah skill membuktikan bahwa skill bisa dikembangkan tanpa melihat umur, serta mengetahui kapan kita harus speak up dan kapan harus mengalah.

  • Mengambil Langkah Mencoba untuk meluruskan stereotip ketika ada candaan-candaan atau basa basi yang menyangkut diskriminasi usia, dan menghindari ageism itu sendiri.

Summary

Ageism itu bukan hal sepele yang bisa terus-terusan diabaikan, dan bahaya jika dilestarikan. Ada kalanya kita harus speak up dan ada kalanya kita harus mengalah. Setiap orang punya masa berpikirnya masing-masing yang harus dihargai bukan?

"Gue percaya bahwa semua orang pantas untuk berkilau walaupun dalam liku, dan kita tidak harus hebat untuk memulai sesuatu."



Hai! Gue Loka Liku. Loka artinya rumah dan Liku adalah singkatan dari “lika liku”. Katanya sih, filosofi nama gue adalah rumah yang aman untuk kawula muda yang baru saja berjuang melawan lika liku kehidupan. By the way, lo bisa panggil gue Loli.


Hari ini, gue genap 20 tahun. Tentunya, sebagai anak yang baru gede, gue sedang merasakan banyak hal. Mulai dari yang paling menyenangkan hingga yang paling menyedihkan dalam hidup. Gue merasa aneh, bingung, dan takut dalam menjalani kehidupan gue. Terutama dalam berkarya untuk memulai ‘hidup’ gue.


Tiap gue mau mulai berkarya, gue selalu takut. Takut tidak mendapat apresiasi, takut tidak didukung oleh orang di sekitar gue, dan takut-takut lainnya. Padahal, dari dulu gue pengen banget berkarya dan melakukan sesuatu untuk dunia. Gue juga yakin bahwa gue punya potensi untuk ikut berperan dalam memajukan bangsa dan negara. Tapi, semakin kesini, gue merasa bahwa gue bukan apa-apa. Gue bukan anak konglomerat, bukan selebriti, dan bukan orang besar. Gue merasa, gue hanya anak kecil yang baru dewasa, dan gue bener-bener gatau harus mulai dari mana.


Gue juga merasa bahwa gue belum punya lingkungan yang aman untuk berkarya. Padahal, gue sangat butuh itu. Gue butuh tempat yang aman buat gue untuk berproses, dimana gue ga perlu takut untuk memulai sesuatu sehingga gue bisa lebih berani untuk memulai.


Lalu terbesit di pikiran gue, “kenapa gue nggak menciptakan lingkungan itu sendiri, ya?”.


Hingga akhirnya, pada hari ini, di ulangtahun gue yang ke-20, gue hadir untuk menciptakan lingkungan yang aman untuk berproses bagi gue dan temen-temen seusia gue. Gue bisa jadi temen kalian dalam berekspresi dan berkolaborasi. Gue juga bakal mengapresiasi dan mendukung apapun karya kalian.


Gue percaya bahwa semua orang pantas untuk berkilau walaupun dalam liku, dan kita tidak harus hebat untuk memulai sesuatu.


Halo, Kami Loka Liku, Salam Kenal Semua!

1
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Spotify
bottom of page