Loka Liku
Youth Community | Semua orang pantas untuk berkilau ✧*。
CINTA MONYET #2 : Gebetanku Ternyata Saudaraku
Bring Back the 00's | Short Story
by Butiran Salju

courtesy painting of Claude Monet
--
Jika berbicara tentang nostalgia, saya jadi teringat dengan sebuah kisah Cinta Monyet seorang gadis bernama Fio.
***
Rintikan hujan membasahi jalanan depan sekolah, kendaraan berlalu-lalang mencuri atensi seorang gadis yang sedang duduk di bangku depan pos satpam, ia menghitung kendaraan yang lewat untuk membunuh waktu yang membosankan karena hujan tak kunjung berhenti juga. Gadis itu tak menyadari ada segerombolan siswa laki-laki yang berlarian keluar dari aula menuju ke gerbang sekolah. "Oi, kok belum pulang, Fi?" tanya salah satu dari mereka sambil mengusap rambutnya yang basah karena air hujan.
"Nungguin hujan." jawab gadis dengan nama panggilan 'Fi' itu singkat, malas jika harus berbincang dengan orang yang baru saja ia sadari adalah teman sekelas sekaligus orang yang selalu menjahilinya, Dion.
"Ngapain ujan ditungguin? Angkot noh, lu kaga ngangkot?" Dion kembali bertanya saat teman-teman yang tadi bersamanya dari aula pamit pulang duluan setelah mencegat angkot, menyisakan dirinya dengan satu laki-laki di sebelahnya.
"Rumah deket ngapain naik angkot."
"Kalau deket kenapa kaga balik? Tinggal jalan!" balas Dion.
"Karena lupa bawa payung, kalau nggak payungan bisa basah kuyub, pulang-pulang di kena omel orang rumah, makanya nunggu hujan berhenti. Puas lu?!" jawab Fio mulai terpancing amarah.
"Ya elah, jutek banget, Bocah Bawang!" cibir Dion dengan tawa kemenangan karena bisa membuat targetnya kesal.
"Udah kali, Yon. Orang nggak ngapa-ngapain, lu bikin emosi." sambar laki-laki di sebelah Dion yang mencuri pandang ke arah gadis di depan pos satpam yang masih sibuk menatap jalan raya. "Siapa sih?" bisiknya pada Dion.
"Fio, temen sekelas gue. Panggilannya Pupuk Bawang soalnya masih kayak bocah, makanya seru kalau jahilin bla bla bla......."
"Fio?" ucap Gie dalam hati.
"Woy, Gie! Lu dengerin gue nggak sih?"
"Hah? Apa?"
"Anjir! Lu lagi ngelihatin Fio? Suka lu?" Hasrat untuk menjahili Gie pun langsung muncul "Fi, dicariin Gie nih katanya mau kenalan sama lu! Hahahahahaha...."
"Bacot bener lu, Yon!"
Fio tak mengindahkan perkataan Dion, ia masih sibuk dengan permainan menghitung mobil. Sedangkan Gie berusaha menyumpal mulut Dion yang kapan saja bisa mengeluarkan omong kosong lainnya.
Hujan pun akhirnya mereda bersamaan dengan datangnya mobil hitam yang berhenti di depan sekolah. Setelah berpamitan dengan Mas Satpam—Iya, panggilannya Mas Satpam karena masih muda dan tampan—Fio keluar dari persembunyian, begitu pula Gie dan Dion yang berjalan menuju mobil hitam tadi. Sebelum gadis dengan rambut sepundak itu melewati keduanya, sebuah jaket terulur di depannya. "Siapa tau hujan lagi."
Fio menoleh ke Si-Pemilik-Jaket dengan keheranan. "Gue nggak punya payung, jadi mungkin ini bisa jadi pengganti payung? Tau kan yang kayak di film-film?" laki-laki pemilik jaket itu mengangkat jaket hingga atas kepala, memeragakan yang seperti di film-film seperti yang ia maksud.
"Nggak sekalian lu payungi aja tuh, Gie?" ledek Dion yang langsung mendapat sikutan dari Gie. "Udah, Fi, terima aja kali! Kasian nih kalau Mas Ganteng ditolak, nanti sakit hati lho. Lu mau tanggung jaw-hmphm."
Gie lagi-lagi menyumbal mulut Dion dengan tangannya, lalu meletakkan jaket di kepala Fio. "Gue Kelas Y, kalau besok lu mau ngembaliin, atau enggak titip ke Dion aja. Balik dulu ya, Fio." lalu menggeret Dion memasuki mobil.
***
"Woy, Gie! Ada yang nyariin di jendela belakang!" Gie menghentikan aktivitas bermain sticknya, lalu menuju ke jendela bagian belakang kelas. Ia membuka jendela berjenis awning window dan mengeluarkan kepalanya. "Siap- Oh, Fio!"
Terlihat sebuah kepala seorang gadis muncul dari jendela kelas sebelah. Gadis itu berusaha mengulurkan tangannya yang membawa jaket bewarna hitam kepada Gie, "Nih, makasih."
Gie melakukan hal sama, berusaha meraih jaket tersebut. "Kenapa nggak ketemuan di depan kelas aja?"
"Nggak mau, malu."
"Yah, kok malu? Hahaha.." kekeh Gie. "Nggak sakit tuh tangannya?"
"Sakit, makanya yang bener ngambilnya!"
"Hahahaha... Kok malah nyalahin gue?"
"Cieeeeee....." Karena terlalu fokus dengan serah terima jaket, Fio dan Gie tidak menyadari jika di jendela-jendela kelas lainnya sudah terpampang kepala teman-teman yang sedang asyik menjadikan mereka berdua sebagai bahan tontonan. Malunyaaaa…..
***
Sejak acara sertijak dan bantuan Gita—sahabat Fio, sekaligus teman seorganisasi Gie—yang memberikan PIN BB Fio kepada Gie, keduanya pun semakin dekat. Tiada hari tanpa BBMan, mengobrol dari jendela kelas dan menunggu satu sama lain saat pulang sekolah. Hingga akhirnya pertanyaan pun muncul, "Sebenernya kalian udah pacaran belum sih?"
"Belum."
Mendengar jawaban yang sama sekali tidak memuaskan itu, Gita berencana menanyakan hal yang sama kepada Gie, tetapi kali ini sebagai seorang sahabat yang tidak terima jika sahabatnya digantung oleh gebetannya. "Gie, kok lu nggak nembak-nembak Fio sih????!!!!"
"Fio tanya gitu?"
"Bukaaaaan... Gue yang kesel lihatnya!!!! Lu suka nggak sih sama Fio?"
"Suka, tapi-" Gie tidak langsung menjawab, memikirkan jawaban yang pas untuk menjelaskan hubungannya dengan Fio.
"Tapiiii???"
"Sebenernya Fio itu saudara gue."
Gita kembali ke kelas dengan wajah datar hingga membuat Fio kebingungan, "Lu jadi nanyain ke Gie?" tanyanya yang hanya dibalas dengan anggukan. "Terus?"
Gita menatap dalam-dalam Fio, "Fi, lu saudaraan sama Gie?"
"HAH???"
"IYAAA!!!! HAH BANGET KAN??? NGGAK MUNGKIN KAN?????"
Fio terdiam, mencerna apa yang baru saja ia dengar. Tiba-tiba seperti ada lampu yang menyala di atas kepalanya, ia menoleh ke arah laki-laki yang sedang bersama Dion dan teman-teman laki-laki lainnya. "Jay."
"Jay?"
"Gue saudara jauhnya Jay. Setahu gue, Jay sama Gie.... sepupuan?"
Memang sudah menjadi rahasia umum bahwa Gie, Dion dan Jay merupakan saudara se-Nenek yang bersekolah di sekolah yang sama. Sedangkan tak banyak yang tau bahwa Fio dan Jay juga merupakan saudara, namun berbeda Nenek dan Kakek. Fio melemas membayangkannya, "Kok gue bisa nggak sadar?"
"Jadi bener kalian saudaraan?" Gita ikut lemas. “Kata Gie, dia juga tahunya baru-baru ini.”
Sejak saat itu Fio mulai menjauhkan diri dari Gie, tidak ingin kisah percintaannya berjudul "Gebetannya Ternyata Saudaraku".
***